Memori
“Berangkat pulang ke Jogja”.
Tanpa sadar saya menulis demikian di Laporan Harian Vikaris. Itu salah, karena
seharusnya bukan “pulang ke Jogja” yg saya tulis, tapi “pulang ke Cilacap”.
Kesalahan itu menimbulkan sejenak keheningan dan kenangan tentangnya.
Jogja itu rumah; tempat segala
rasa tumpah ruah tanpa diminta.
Di setiap simpang-simpang lampu
merah, sepanjang jalan-jalan yang semakin penuh sesak dengan kendara, selalu
ada kisah untuk diceritakan:
“Di sini sya melihat seekor
kucing tertabrak motor”, “di sini saya pernah tersesat”, “di sini sya pernah
menghabiskan malam hingga pagi”, “di sini teman saya pernah kecelakaan”, “di
sini sya pernah hampir kecelakaan”, “di sini pertama kali dia memeluk sya”, “di
sini terakhir kali kami berbicara”, “di sini saya pernah ditilang”, “di sini
sya pernah menuntun motor sya yg bocor utk kesekian kalinya”, “di sini sya
pernah mencari teman sya yg hilang entah kemana”, “di sini, di sni, di sini, di
sini....”, tak akan cukup waktu untuk mengisahkannya.
Di Jogja saya belajar
mencintai-dicintai; belajar bagaimana harus berjuang, dan bagaimana harus
melepas pergi. Tidak ada luka yang terlalu menyakitkan untuk diingat, tapi
selalu ada cinta yg begitu indah untuk dikenang. Di sana, saya sungguh-sungguh
belajar tentang kehidupan..
Jogja itu rumah, tempat diri ini
bisa merasa tenang dari penatnya rutinitas;
tempat untuk beristirahat selepas
melakukan ziarah;
dan tempat untuk kembali pulang
setelah terlalu jauh
berjalan..
Jogja itu terlalu istimewa untuk
sekedar diungkapkan dengan kata-kata. Hiduplah di sana, nikmati alamnya, hirup
udaranya, minum air dari tanahnya, rasakan keramah-tamahannya, alami
cerita-cerita tentang dirinya, dan kau akan tau bahwa setiap kata yang tercipta
untuknya atau setiap lagu yang digubah untuk mengenangnya, Jogja akan tetap
terlalu istimewa.
Guest House Rinjani, 19 Mei 2017, 2:39
Komentar
Posting Komentar