Postingan

Sajak Terakhir.

Pernah dalam suatu masa seorang perempuan menyumpah-serapahiku dengan karya tangan sang Maestro Chairil Anwar bertajuk “Tak Sepadan”. Emosinya liar diobrak-abrik cinta yang abu-abu; Hasil pertarungan sengit antara nalar dan rasa, yang saling melukai begitu rupa akibat hamparan sejarah yang bernama pengalaman. Pengalamannya aneh: saling cinta mengapa tidak bersama? Dan hidupnya dipenuhi tanda tanya yang mematikan.. Waktu berjalan, tak ada lagi puisi Chairil seiring dengan jiwa yang semakin matang. Hanya ada tenang dan fikiran bahwa “beginilah cara kerja orang dewasa”. Perempuan itu melanjutkan perjalanan: jatuh hati dan siap mengarungi samudera. Sementara aku asik berjalan-jalan dan melihat dunia.. Semua terasa baik-baik saja, hingga tiba tahun yang tak terlupakan. Tahun yang berdiri angkuh dalam balutan angka yang menyimbolkan kesialan itu berhasil mengubah peziarahan yang terasa asik-asik saja. Aku tenggelam dalam pelarian moral yang hanya terbayan...

Memori

“Berangkat pulang ke Jogja”. Tanpa sadar saya menulis demikian di Laporan Harian Vikaris. Itu salah, karena seharusnya bukan “pulang ke Jogja” yg saya tulis, tapi “pulang ke Cilacap”. Kesalahan itu menimbulkan sejenak keheningan dan kenangan tentangnya. Jogja itu rumah; tempat segala rasa tumpah ruah tanpa diminta. Di setiap simpang-simpang lampu merah, sepanjang jalan-jalan yang semakin penuh sesak dengan kendara, selalu ada kisah untuk diceritakan: “Di sini sya melihat seekor kucing tertabrak motor”, “di sini saya pernah tersesat”, “di sini sya pernah menghabiskan malam hingga pagi”, “di sini teman saya pernah kecelakaan”, “di sini sya pernah hampir kecelakaan”, “di sini pertama kali dia memeluk sya”, “di sini terakhir kali kami berbicara”, “di sini saya pernah ditilang”, “di sini sya pernah menuntun motor sya yg bocor utk kesekian kalinya”, “di sini sya pernah mencari teman sya yg hilang entah kemana”, “di sini, di sni, di sini, di sini....”, tak akan cukup waktu untuk ...

Jangan

Jangan dekati aku karena iba; aku tak sudi. Jangan sapa aku karena kasihan; aku tak sudi dikasihani. Jangan mencariku karena rasa bersalah; aku tak pernah mencari pembenaran. Sungguh, aku jauh lebih siap mengikhlaskan dan melepaskanmu daripada memilikimu.. Aku pernah mengikhlaskanmu satu kali, pernah mengikhlaskanmu dua kali, pernah mengikhlaskanmu tiga kali. Dan aku rasa, untuk seterusnya, aku akan selalu siap untuk mengikhlaskanmu.. Aku siap. Jauh lebih siap dibanding berjalan bersamamu yang pernah kurasakan satu kali, Sebentar, memang, namun meninggalkan jejak tanya yang tiada habis. Aku sering berfikir apakah ini cinta atau hanya penasaran diriku yang pernah tertolak bahkan sebelum mengajukan pertanyaan, dan yang diminta bungkam sebelum bisa memberi penjelasan. Kadang rasanya aku benci. Bukan membencimu, tapi membenci rasa dan nuansa yang entah-apa-namanya-ini yang terus terjadi berulang kali. Aku kesal, karena keyakinan yang sudah kuambil seiring luka yang kut...

Pusaran

Kita berjumpa, dan menyadari bahwa kita saling cinta. Lalu kita menjadi dekat dan menikmati momen-momen berdua. Kemudian salah satu dari kita melakukan kesalahan, dan yang lain menjadi bosan. Kau mendekatiku, aku menjauh; aku mendekatimu, kau pun acuh. Dan kita sama-sama diam dalam kecewa; sama-sama ilfil; dan jarak diantara kita menjadi teman yang menenangkan. Kita tak lagi sibuk memikirkan satu sama lain... Hingga kemudian dalam suatu masa kita berjumpa lagi, bercakap-cakap, dan kita menyadari bahwa kita saling cinta. Lalu kita dekat lagi sampai salah satu melakukan hal yang mengecewakan, dan kita pun kembali jauh.. Lalu kita berjumpa lagi dan sadar bahwa kita masih saling cinta. Lalu kita dekat dan menjadi jauh lagi.. Begitu terus, berulang kali tak pernah habis. Kita terjebak dalam pusaran cinta yang tak berakhir.. Mungkin, kita hanya tak cukup dewasa untuk bertahan ketika cinta menjadi begitu mengecewakan; atau tak cukup setia ketika cinta sedang menunjukkan borok dan cacatnya...

Liturgi Ibadah Sabtu Sunyi 2016

Liturgi Ibadah Sabtu Sunyi Malam Perenungan Kesengsaraan Kristus: Ibadah Meditatif dengan Nyanyian Taize GPIB Immanuel Batam, 26 Maret 2016 Pra Ibadah -           Penjelasan Ibadah -           Latihan lagu-lagu -           Persiapan Pribadi Nyanyian Pembuka “Mari Masuk” Mari masuk, mari masuk, masuk hatiku ya Yesus Datang skarang, datang tinggal. Dalam hatiku, ya Yesus. Doa Pembuka Yesus Kristus, Engkau datang untuk mengubah kami dalam citra BapaMu dan Bapa kami, kiranya bukalah pintu gerbang kerajaanMu bagi kami… Yesus Kristus, cahaya hati kami, Engkau mengetahui bagaimana hausnya dan keringnya kami, bukalah pintu gerbang kerajaanMu bagi kami… Dan perkenankanlah kami untuk memujiMu dalam kesederhanaan kami. Amin. Nyanyian Umat         “Kami Memuji-Mu, Tuhan - Adoramus...

Pelacur

Pelacur, pelacur, pelacur dimana-mana Macam-macam saja tingkahnya, juga gayanya. Ada yang bertutur kata lembut; salut! Ada yang suka ketawa; penuh sukacita! Ada yang hitam putih tinggi pendek tepos montok sampai berdada besar Membuat mata berbinar-binar. Pelacur, pelacur, pelacur dimana-mana Mereka sibuk berlari-lari, Tidak. Mereka sibuk mengajak orang berlari Membuat orang mengolah diri, membentuk otot agar kelihatan sangar dan ngotot. Membuat lutut jadi kaku, kram tak dapat sembuh dalam waktu semalam Pelacur, pelacur, pelacur dimana-mana Mereka suka berpesta Membuat segala sesuatu bernyala-nyala Tak ada tempat untuk keheningan, karena keheningan hanya ada di neraka. Dalam pesta mereka berubah, pintar sekali menyimpan jubah. “Mukamu harus banyak”, itu prinsipnya Membuat orang-orang kebingungan; tak menduga Pelacur, pelacur, pelacur dimana-mana Macam-macam juga sifatnya Ada yang kuat, macam malaikat yang berani menantang bi...